Unsere besten Spreads und Konditionen

Harga Emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan bias positif ringan selama sesi Asia pada hari Kamis dan tetap dekat puncak sepanjang masa yang dicapai pada hari sebelumnya. Investor terus mencari perlindungan pada bullion safe-haven tradisional di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap perang dagang AS-Tiongkok dan potensi dampak ekonomi dari tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump. Selain itu, ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan terus menurunkan suku bunga pada tahun 2025 dan penurunan terbaru dalam imbal hasil obligasi Pemerintah AS lebih lanjut menopang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Namun, para pembeli beristirahat sejenak di tengah kondisi yang sedikit jenuh beli dan sentimen risk-on yang berlaku, yang cenderung mengurangi permintaan untuk harga Emas. Selain itu, pemantulan kecil Dolar AS (USD) dari level terendah lebih dari satu pekan yang dicapai pada hari Rabu berkontribusi untuk membatasi kenaikan komoditas ini. Meskipun demikian, latar belakang fundamental mendukung prospek perpanjangan tren naik yang sudah stabil dari swing low bulanan Desember. Para pedagang saat ini menantikan rilis data Klaim Tunjangan Pengangguran Awal Mingguan AS untuk mendapatkan dorongan jangka pendek.
Dari perspektif teknis, Relative Strength Index (RSI) telah bergerak di atas angka 70 dan menyarankan untuk berhati-hati bagi para pedagang bullish. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana untuk menunggu konsolidasi jangka pendek atau pullback moderat sebelum memposisikan diri untuk pergerakan kenaikan lebih lanjut. Namun demikian, penembusan baru-baru ini melalui penghalang kunci menunjukkan bahwa jalur yang paling mungkin bagi harga Emas tetap ke sisi atas.
Sementara itu, setiap penurunan korektif kemungkinan akan menemukan beberapa support di dekat area $2.855-2.850, di bawahnya harga Emas dapat turun lebih lanjut menuju wilayah $2.810-2.800. Hal ini diikuti oleh titik penembusan resistance horizontal $2.773-2.772, yang kini menjadi support, yang jika ditembus dapat mendorong beberapa aksi jual teknis dan membuka jalan bagi penurunan yang lebih dalam.
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.